| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Selasa, 29 Juli 2008
kuta penteken tiap kampung
tutur siwaluh
1. Puang Kalimbubu |
Puang kalimbubu adalah kelompok kalimbubu dari kelompok pemberi dara |
2. Kalimbubu |
Kalimbubu adalah kelompok pemberi dara |
3. Senina/Sukut |
Senina adalah orang-orang yang bermarga sama tetapi berlainan lineage dan merupakan kelompok yang empunya pesta/upacara |
4. Sembuyak |
Sembuyak adalah orang-orang yang bermarga sama dan satu lineage |
5. Senina Sipemeren |
Senina sipemeren adalah orang-orang yang walaupun tidak semarga, tetapi ibu kandung mereka bersaudara/semarga. |
6. Senina Siparibenen |
Senina siparibanen adalah orang-orang yang walaupun tidak semarga, tetapi istri mereka bersaudara. |
7. Anakberu |
Anakberu adalah kelompok penerima dara |
8. Anakberu Menteri |
Anakberu menteri adalah anakberu dari kelompok penerima dara atau anakberu dari anakberu |
rakut sitelu
Kalimbubu |
Kalimbubu adalah kelompok pemberi dara dalam Masyarakat Karo, kalimbubu ini ada beberapa jenis, yaitu: - kalimbubu tua/ kalimbubu bena-bena; - kalimbubu simupus/kalimbubu dareh; - kalimbubu kampah; - kalimbubu simajek dalikan; - kalimbubu siperdemui; - kalimbubu sembuyak; - kalimbubu taneh/kalimbubu sinajek lulang; - puang kalimbubu (kalimbubu dari kalimbubu); - puang ni puang (kalimbubu dari puang kalimbubu).
|
Mehamat Erkalimbubu
|
Senina |
Senina adalah kelompok yang semarga dalam Masyarakat Karo, senina ini ada beberapa jenis, yaitu: - sembuyak; - senina siparibanen; - senina sipemeren; - senina sipengalon; - senina sicimbangen.
|
Metenget Ersenina |
Anakberu |
Anakberu adalah kelompok penerima dara dalam Masyarakat Karo, anakberu ini ada beberapa jenis, yaitu: - anakberu ipupus/anakberu dareh; - anakberu iangkip; - anakberu sincekuh baka tutup; - anakberu tua; - anakberu singerana, sirunggu (singerakut bide); - anakberu menteri; - anakberu singikuri; - anakberu singikuti.
|
Metami Man Anak Beru Kalimbubu la banci la erpengagak nandangi anak beruna, bas kai murde la banci lang arus isampatina. Bage nge ertina jadi dibata ni idah, ngidah kerina situasi. Bagepe anak beruna la pe isuruh kalimbubuna, enggo leben ikalakina juma kalimbubuna; Bere-berenta man beren kin. Erpengagak kin jadi kalimbubu, la ipondona si bereken gelah puas kal ukurna. Gundari bere-bere pe lanai bo tersuruh, adi kita la si cidahken kekelengenta man bana. Ula min bagi si gundari, erjabu beberena luah si ngalo bere-bere pe palsu, labo mamana e sinukursa tapi siempo nge. Emaka akapna mamana pe mama palsu nge. Aturenna ije me i cidahken ate keleng erbere-bere, alu luah mamana, keleng kel atena barang e; Tole, ula kal si diberu i cekurakina entah pe irawaina turangkuna. Bage pe si dilaki, ula kal i rawaina ntah ipandangina turangkuna tah silihna. Adi la si akap teng-teng silihta, banci sidilo turangta, turangta e banci siajarken entah sirawai. Maka iban kerja Tahun pe gelah setahun sekalilah gia sidahi-dahin. Kalimbubu ndahi anak beruna ras anak-anak kerina gelah itandaina bengkilana ras impalna, bagepe anak beru nandangi kalimbubu. Kai kin ateta luahta maka meriah ukur silihta ras beberenta e lah si baba, bageka anak beru nanadangi kalimbubu ras permenna. |
sibayak
1. Kerajaan Sibayak Lingga
Merga Sibayakna Karo-karo Sinulingga, inganna tading i Kuta Lingga. Kerajaan Sibayak Lingga eme simbelinna i Taneh Karo, lit 6 Urungna emekap:
- Urung XII Kuta ringan i Kabanjahe
- Urung si III Kuru ringan i Lingga
- Urung Naman ringan i Naman
- Urung Tiga Pancur ringan i Tiga Pancur
- Urung Teran ringan i Batukarang
- Urung Tiganderket ringan i Tiganderket
2. Kerajaan Sibayak Sarinembah
Merga Sibayakna Sembiring Meliala, inganna tading i Kuta Sarinembah, lit 4 Urungna, emekap:
- Urung XVII Kuta ringan i Sarinembah
- Urung Perbesi ringan i Perbesi
- Urung Juhar ringan i Juhar
- Urung Kutabangun ringan i Kutabangun
3. Kerajaan Sibayak Suka
Merga Sibayakna Ginting Suka, inganna tading i Kuta Suka, lit 4 Urungna emekap:
- Urung Suka ringan i Suka
- Urung Sukapiring ringan i Seberaya
- Urung Ajinembah ringan i Ajinembah
- Urung Tengging ringan i Tengging
4. Kerajaan Sibayak Barusjahe
Merga Sibayakna Karo-karo Barus, inganna tading i Kuta Barusjahe, lit 2 Urungna emekap:
- Urung si VII Kuta ringan i Barusjahe
- Urung si VI Kuta ringan i Sukanalu
Jenari tersinget maka ibas kejerangen Kutabuluh Simole lit ringan sekalak Raja. Raja e sinursur Raja ka eme si ringan i Kutamale, mergana Perangin-angin. Raja sitersinget e tuhu-tuhu mbelin kuasana janah ia me ikuten ras penungkunen rayat si tading ije. Ia ngenca iakuina rajana, emaka dungna ia enggo irajaken jadi Sibayak Kutabuluh.
5. Kerajaan Sibayak Kutabuluh
Merga Sibayakna Perangin-angin, inganna tading i Kutabuluh, lit 2 Urungna emekap:
- Urung Namohaji ringan i Kutabuluh
- Urung Liangmelas ringan i Kuta Marding-ding
turin turin br ginting sope
Untuk memperbaiki kehidupan keluarga maka Ginting Mergana mendirikan perjudian yaitu “judi rampah” dan dia mengutip cukai dari para penjudi untuk mendapatkan uang. Lama kelamaan upayanya ini memang berhasil.
Keberhasilan Ginting Mergana ini menimbulkan cemburu adik kandungnya sendiri. Adik kandungnya ini justru meracuni Ginting Mergana sehingga sakit keras. Akhirnya meninggal dunia. Melaratlah hidup Beru Ginting Sope Mbelin bersama Beru Sembiring.
Empat hari setelah kematian Ginting Mergana, menyusul pula beru Sembiring meninggal. Maka jadilah Beru Ginting sope Mbelin benar-benar anak yatim piatu, tiada berayah tiada beribu.
Beru Ginting Sope Mbelin pun tinggal dan hidup bersama pakcik dan makciknya. Anak ini diperlakukan dengan sangat kejam, selalu dicaci-maki walaupun sebenarnya pekerjaannya semua berres. Pakciknya berupaya memperoleh semua harta pusaka ayah Beru Ginting Sope Mbelin, tetapi ternyata tidak berhasil. Segala siasat dan tipu muslihat pakciknya bersama konco-konconya dapat ditangkis oleh Beru Ginting Sope Mbelin.
Ada-ada saja upaya dibuat oleh makcik dan pakciknya untuk mencari kesalahan Beru Ginting Sope Mbelin, bisalnya menumbuk padi yang berbakul-bakul, mengambil kayu api berikat-ikat dengan parang yang majal, dll. Walau Beru Ginting Sope Mbelin dapat mengerjakannya dengan baik dan cepat – karena selalu dibantu oleh temannya Beru Sembiring Pandan toh dia tetap saja kena marah dan caci-maki oleh makcik dan pakciknya.
Untuk mengambil hati makcik dan pakciknya, maka Beru Ginting Sope Mbelin membentuk “aron” atau “kerabat kerja tani gotong royong” yang beranggotakan empat orang, yaitu Beru Ginting Sope Mbelin, Beru Sembiring Pandan, Tarigan Mergana dan Karo Mergana.
Niat jahat makcik dan pakciknya tidak padam-padamnya. Pakciknya menyuruh pamannya untuk menjual Beru Ginting Sope Mbelin ke tempat lain di luar tanah Urung Galuh Simale. Pamannya membawanya berjalan jauh untuk dijual kepada orang yang mau membelinya.
Di tengah jalan Beru Ginting Sope Mbelin bertemu dengan Sibayak Kuala dan Sibayak Perbesi. Kedua Sibayak ini memberi kain kepada Beru Ginting Sope Mbelin sebagai tanda mata dan berdoa agar selamat di perjalanan dan dapat bertemu lagi kelak.
Kemudian sampailah Beru Ginting Sope Mbelin bersama pamannya di Tanah Alas di kampung Kejurun Batu Mbulan dan diterima serta diperlakukan dengan baik oleh Tengku Kejurun Batu Mbulan secara adat.
Selanjutnya sampailah Beru Ginting Sope Mbelin bersama pamannya di tepi pantai. Di pelabuhan itu sedang berlabuh sebuah kapal dari negeri jauh. Nakhoda kapal itu sudah setuju membeli Beru Ginting Sope Mbelin dengan harga 250 uang logam perak. Beru Ginting Sope Mbelin disuruh naik ke kapal untuk dibawa berlayar. Mesin kapal dihidupkan tetapi tidak jalan. Berulang kali begitu. Kalau Beru Ginting Sope Mbelin turun dari kapal, kapal itu dapat berjalan, tetapi kalau dia naik, kapal tidak dapat berjalan. Nakhoda akhirnya tidak jadi membeli Beru Ginting Sope Mbelin dan uang yang 250 perak itu pun tidak dimintanya kembali.
Perjalanan pun dilanjutkan. Ditengah jalan, paman Beru Ginting Sope Mbelin pun melarikan diri pulang kembali ke kampung. Dia mengatakan bahwa Beru Ginting Sope Mbelin telah dijual dengan harga 250 perak serta menyerahkan uang itu kepada pakciknya Beru Ginting. Pakciknya percaya bahwa Beru Ginting telah terjual.
Beru Ginting Sope Mbelin meneruskan perjalanan seorang diri tidak tahu arah tujuan entah ke mana, naik gunung turun lembah. Pada suatu ketika dia bertemu dengan seekor induk harimau yang sedang mengajar anaknya. Anehnya harimau tidak mau memakan Beru Ginting Sope Mbelin, bahkan menolongnya menunjukkan jalan yang harus ditempuh.
Beru Ginting Sope Mbelin dalam petualangannya sampai pada sebuah gua yang dalam. Penghuni gua – yang bernama Nenek Uban – pun keluar menjumpainya. Nenek Uban ini pun tidak mau memakan Beru Ginting Sope Mbelin bahkan membantunya pula. Nenek tua ini mengetahui riwayat hidup keluarga dan pribadi Beru Ginting Sope Mbelin ini.
Atas petunjuk Nenek Uban ini maka secara agak gaib Beru Ginting Sope Mbelin pun sampailah di tempat nenek Datuk Rubia Gande, yaitu seorang dukun besar atau “guru mbelin”. Sesampainya di sana, keluarlah nenek Datuk Rubia Gande serta berkata: “Mari cucu, mari, jangan menangis, jangan takut” dan Beru Ginting Sope Mbelin pun menceritakan segala riwayat hidupnya.
Beru Ginting Sope Mbelin pun menjadi anak asuh nenek Datuk Rubia Gande. Beru Ginting pun sudah remaja dan rupa pun sungguh cantik pula. Konon kabarnya sudah ada jejaka yang ingin mempersuntingnya. Tetapi Beru Ginting Sope Mbelin tidak berani mengeluarkan isi hatinya karena yang memeliharanya adalah nenek Datuk Rubia Gande. Oleh karena itu kepada setiap jejaka yang datang dia berkata : “tanya saja pada nenek saya itu”. Dan neneknya pun berkata kepada setiap orang: “tanya saja pada cucu saya itu!”. Karena jawaban yang seperti itu jadinya orang bingung dan tak mau lagi datang melamar.
Ternyata antara Beru Ginting Sope Mbelin dan nenek Datuk Gande terdapar rasa saling menghargai. Inilah sebabnya masing-masing memberi jawaban pada orang yang datang “tanya saja pada dia!” Akhirnya terdapat kata sepakat, bahwa Beru Ginting mau dikawinkan asal dengan pemuda/pria yang sependeritaan dengan dia. Neneknya pun setuju dengan hal itu.
Akhirnya, nenek Datuk Rubia Gande pun dapat memenuhi permintaan cucunya, dengan mempertemukan Beru Ginting Sope Mbelin dengan Karo Mergana penghulu Kacaribu, berkat bantuan burung Danggur Dawa-Dawa. Dan kedua insan ini pun dikawinkanlah oleh nenek Datuk Rubia Gande menjadi suami-istri.
Setelah beberapa hari, bermohonlah Karo Mergana kepada nenek Datuk Rubia Gande agar mereka diizinkan pulang ke tanah kelahiran Beru Ginting Sope Mbelin, karena begitulah keinginan cucunya Beru Ginting itu. Nenek Datuk Rubia Gande menyetujui usul itu serta merestui keberangkatan mereka.
Berangkatlah Beru Ginting Sope Mbelin dengan suaminya Karo Mergana memulai perjalanan. Mereka berjalan beberapa lama mengikuti rute perjalanan Beru Ginting Sope Mbelin dulu waktu meninggalkan tanah urung Galuh Simale. Mereka singgah di kampung Kejurun Batu Mbulan, di pelabuhan di tepi pantai tempat berlabuh kapal nakhoda dulu, melalui simpang Perbesi dan Kuala bahkan berhenti sejenak di situ.
Sampailah mereka di antara Perbesi dan Kuala. Anehnya, di sana mereka pun berjumpa pula dengan Sibayak Kuala dan Sibayak Perbesi. Kedua Sibayak ini sangat bergembira karena dulu mereka pernah memberi kain masing-masing sehelai kepada Beru Ginting Sope Mbelin yang sangat menderita berhati sedih pada waktu itu, dan kini mereka dapat pula bertemu dengan Beru Ginting Sope Mbelin bersama suaminya Karo Mergana.
Jadinya, Beru Ginting Sope Mbelin bersama suaminya Karo Mergana, bermalam pula beberapa lama di Kuala dan Perbesi atas undangan kedua sibayak tersebut. Dan disediakan pula pengiring yang mengantarkan Beru Ginting Sope Mbelin bersama Karo Mergana ke tanah Urung Galuh Simale. Semuanya telah diatur dengan baik: perangkat gendang yang lengkap, makanan yang cukup bahkan banyak sekali. Pendeknya, Beru Ginting Sope Mbelin bersama suaminya diantar dengan upacara yang meriah atas anjuran dan prakarsa Sibayak Kuala dan Sibayak Perbesi yang bijaksana dan baik hati.
Ternyata pakcik Beru Ginting Sope Mbelin dulu – yang juga seorang dukun – mempunyai firasat yang kurang baik terhdapa dirinya. Oleh karena itu pada saat tibanya Beru Ginting Sope Mbelin di kampungnya, pakciknya itu sekeluarga menyembunyikan diri di atas para-para rumah. Akan tetapi akhrinya diketahui juga oleh Beru Ginting Sope Mbelin.
Pakcik dan makcik Beru Ginting Sope Mbelin dibawa turun ke halaman untuk dijamu makan dan diberi pakaian baru oleh Beru Ginting Sope Mbelin. Pakcik dan makciknya itu sangat malu dan tidak mengira bahwa Beru Ginting Sope Mbelin akan pulang kembali ke kampung apalagi bersama suaminya pula yaitu Karo Mergana.
Berbagai bunyi-bunyian pun dimainkan, terutama sekali “gendang tradisional” Karo serta diiringi dengan tarian, antaralain:
a. gendang si ngarak-ngaraki;
b. gendang perang si perangen;
c. gendan perang musuh;
d. gendang mulih-mulih;
e. gendang ujung perang;
f. gendang rakut;
g. gendang jumpa malem;
h. gendang morah-morah;
i. gendang tungo-tungko.
Dan sebagai hukuman atas kekejaman dan kebusukan hati pakcik dan makciknya itu maka tubuh mereka ditanam sampai bahu masing-masing di beranda barat dan beranda timur, hanya kepalanya saja yang nampak. Kepala mereka itulah yang merupakan anak tangga yang harus diinjak kalau orang mau masuk dan keluar rumah adat. Itulah hukuman bagi orang yang tidak berperikemanusiaan yang berhati jahat terhadap saudara dan kakak serta anaknya sendiri.