Rabu, 13 Agustus 2008

sejarah GBKP

Gereja Batak Karo Protestan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) adalah sebuah Gereja yang berdiri di Tanah Karo dan melayani masyarakat Batak Karo.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Latar belakang

Permulaan usaha perkabaran Injil ke daerah Karo bukan munculnya karena tugas rohani. Usaha itu dimulai oleh karena permohonan J.T. Craemers, seorang pemimpin perkebunan di Sumatera Timur. Beliau berpendapat bahwa jalan jalan yang paling baik supaya penduduk asli daerah itu jangan menentang dan mengganggu usaha-usaha perkebunan ialah dengan mengabarkan injil dan mengkristenkan mereka. Dengan meyakinkan maskapai perkebunan terhadap pendapatnya, Craemers meminta kepada Nederlandsche Zendeling-genootschap (NZG) (NZG) untuk membuka penginjilan di daerah Sumatera Timur, dengan biaya yang dibebankan kepada maskapai-maskapai. Permintaan itu diterima oleh NZG dan dilaksanakan pada tahun 1890-1930.

[sunting] Pekerjaan awal

Pada 18 April 1890, tibalah pekabar Injil utusan NZG yakni Pdt. H.C. Kruyt dari Tomohon, Minahasa, dan tempat pos yang pertama di Buluh Awar. Melihat medan pelayanan di kaki pegunungan sekitar Buluh Awar, sejak awal Pdt. H.C. Kruyt mengusulkan kepada Badan Zending agar dibuka pos missi ke daerah Karo Tinggi, tapi pemerintah kolonial belum memberikan izin karena alasan yang dibuat-buat, yaitu soal keamanan. Kruyt merasa kecewa terhadap alasan seperti ini. Tahun berikutnya dia menjemput empat orang Guru Injil yaitu B. Wenas, J. Pinontoan, R. Tampenawas dan H. Pesik, sebagai pembantunya.

Dua tahun kemudian (1892) Pdt. H.C. Kruyt pulang ke negerinya tanpa berhasil membaptiskan seorangpun dari suku Karo. Ia kemudian digantikan Pdt. J.K. Wijngaarden yang sebelumnya telah bekerja di Pulau Sawu dekat Pulau Timor. Pendeta inilah yang melakukan pembaptisan pertama suku Karo tanggal 20 Agustus 1893 sebanyak 6 orang: Sampe, Ngurupi, Pengarapen, Nuah, Tala dan Tabar. Pendeta Wijngarden meninggal tanggal 21 September 1894 karena serangan disentri.

Wijgaarden digantikan oleh Pdt. Joustra. Dialah yang menerjemahkan 104 ceritera-ceritera Alkitab dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Karo (104 turi-turian) dan dia juga tinggal di Buluh Awar.

Kemudian datang pula Pdt. Guilloume (utusan RMG dari Jerman) dari Saribudolok yang sebelumnya bekerja ke Tapanuli. Waktu itu Saribudolok masuk daerah pelayanan pra HKBP. Bersamanya datang pula seorang Guru Injil Martin Siregar. Lalu dibukalah pos PI yang kedua di Bukum, tahun 1899.

Sampai tahun 1900, orang Karo yang sudah dibaptiskan baru sekitar 25 orang. Pertumbuhan dalam kurun waktu 10 tahun pertama sangat sulit. Kita dapat merasakan kegigihan suku Karo mempertahankan tradisi dan adat istiadatnya sehingga sehingga ia merasa aman dalam sikap hidup lama di tengah-tengah tahap kebudayaan yang bersifat magis, mistis dan animistis. Pada pihak lain kita juga merasakan kegigihan semangat penginjilan yang pantang mundur dalam memperkenalkan Injil Kristus yang sering salah dimengerti orang-orang Karo.

[sunting] Masa penanaman dan penggarapan 1906-1940

Kedatangan Pdt. J.H. Neuman tahun 1900 membawa pengharapan baru dalam sejarah Pekabaran Injil di Karo. Ia ditempatkan di pos baru (Pos Ketiga) di Sibolangit. Ia menerjemahkan Alkitab kedalam Bahasa Karo. Ia juga aktif dalam membuka pelayanan kesehatan, pertanian, perdagangan, dan pendidikan.

Tahun 1903 datang pula Pdt. E.J. van den Berg yang kemudian membuka pos baru (Pos Keempat) dan menetap di KabanJahe. Keduanya merupakan teman sekerja yang baik. Mereka membuka Rumah Sakit Zending di Sibolangit dan di Kabanjahe. Kemudian dengan kerjasama dengan pihak pemerintah. Pdt. E.J.Van den Berg membuka Rumah Sakit Kusta di Lau Simomo. J.H. Neumann aktif membuka pekan-pekan (sejenis pasar di desa-desa) di daerah Deli Hulu.

[sunting] GBKP berdiri sendiri

Tahun 1906 datang Pdt. G. Smith dan membuka Kweekschool (Sekolah Guru) di Berastagi. Sekolah ini kemudian dipindahkan dipindahkan ke Raya, tapi tahun 1920 sekolah tersebut ditutup. Guru-guru sekolah yang telah terdidik ditempatkan di desa-desa menjadi guru untuk mengabarkan Injil.

Prof. Dr. H. Kraemer meninjau ke tempat-tempat zending Karo pada tahun 1939 dan ia menekankan agar dalam waktu sesingkat-singkatnya Jemaat Karo dipersiapkan berdiri sendiri dengan pengiriman tenaga pribumi ke sekolah pendeta dan mengangkat majelis Jemaat yang sudah mampu untuk itu. Tahun 1940 dua Guru Injil P. Sitepu dan Th. Sibero dikirim ke sekolah pendeta di seminari HKBP, Sipoholon.

Pada periode ini juga berkembang pergerakan muda-mudi di tengah-tengah Gereja dengan nama Christelijke Meisjes Club Maju (CMCM) untuk kaum perempuan dan Bond Kristen Dilaki Karo (BKDK) untuk kaum pria di kalangan pemuda Kristen Karo. Kedua pergerakan ini dapat dikatakan sebagai embrio lahirnya perkumpulan pemuda Gereja seluruh GBKP yang disebut PERMATA yang pengesahannya dan peresmiannya dilaksanakan pada sidang Sinode GBKP tanggal 12 Sept 1948 sebagai hari jadi PERMATA GBKP (Rapat Permata yang pertama tanggal 25 Mei 1947; kedua tanggal 18 Juli 1948)

Guru Injil yang disekolahkan ke Seminari Sipoholon (Tarutung) menyelesaikan studinya pada pertengahan sidang Sinode Pertama yang menetapkan nama Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Sibolangit tanggal 23 Juli 1941. Pada saat yang sama juga ditahbiskan dua orang pendeta pertama dari putra Karo yaitu Pdt. Palem Sitepu dan Pdt. Thomas Sibero. Pada sinode pertama ini juga sudah ditetapkan Tata Gereja GBKP yang pertama dan ketua Sinodenya ialah Pdt. J. van Muylwijk. Sekretaris sinode adalah Guru Lucius Tambun (periode 1941-1943). Pdt. P. Sitepu ditempatkan di Tiga Nderket dan sebagai wakil ketua Klasis untuk daerah Karo Gugung (Dataran Tinggi) serta Pdt. Th. Sibero di Peria-ria, sebagai Wakil Ketua Klasis daerah Karo Jahe.

[sunting] Statistik jemaat

Menurut Statistik tahun 2000, GBKP mempunyai 20 Klasis dengan 745 jemaat dan sekitar 275.000 anggota. Anggota gerejanya tersebar di seluruh Sumatera , Jawa dan 1 Runggun di Pontianak Kalimantan Barat yang memiliki wilayah PI di Sanggau sekitarnya dan Ngabang sekitarnya serta satu calon gereja di Simpang Tanjung (di tepi jalan antar negara Indonesia Malaysia). Gereja ini dilayani oleh 160 orang pendeta penuh waktu, 32 vikaris, 3 Guru Agama, 50 Guru Injil

[sunting] Pimpinan GBKP

Pimpinan GBKP disebut Moderamen/Sinode GBKP erjumlah 11 (sebelas) orang dengan susunan sebagai berikut :Ketua umumnya Pdt. Jadiaman Perangin-angin, D.Th., Ketua Bidang Kesaksian Pdt. Tammat Kaban, Ketua Bidang Persekutuan Pdt. Matius Panji Barus, S.Th, Ketua Bidang Pelayanan Pdt. Julianus Keliat, Ketua Bidang Personalia/Sumber Daya Manusia Pdt. Mindawaty Br Perangin-angindan Ketua Bidang Dana&Usaha Dk. Rahel Pandia, SH. Sekretaris Umumn Pdt. Simon Tarigan, S.Th dan Wakil Sekretaris Umum Dk. Drs. Aswan Sembiring, MSi. Bendahara umum dipegang oleh Dk. Khristiani Br Ginting serta anggota adalah Pt. Ir. Ananta Purba dan Pt. Sovian Pinem, SH.

Moderamen Sinode GBKP dalam menjalankan tugasnya sejumlah Biro, Selain itu ada pula sejumlah yayasan yang dikelola oleh GBKP, antara lain Yayasan Pendidikan Kristen, Yayasan Taman Kanak-kanak GBKP, Badan Pengembangan Ibadah/Musik Gereja, Retreat Center, Yayasan Gelora Kasih Suka Makmur, Yayasan Panti Asuhan Kristen GBKP Alpha Omega, Yapos GBKP, Yayasan Ate Keleng, Yayasan Wisata Rohani GBKP, dan Asrama Pemuda GBKP Maranatha.

Kantor Moderamen GBKP terletak di Jl. Kapten Pala Bangun No. 66, Kabanjahe, Sumatera Utara.

[sunting] Gereja mitra

GBKP adalah gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dewan Gereja-gereja Asia, Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-Dunia, dan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (WCC). Selain itu GBKP bermitra dengan Nederlanse Hervormde Kerk di Belanda, Evangelical Lutheran Church in America (ELCA). Juga United Evanglism Misson (UEM) dari Jerman

Sejarah Berdirinya GBKP

Latar Belakang Berdirinya GBKP

Permulaan usaha perkabaran Injil ke daerah Karo bukan munculnya karena tugas rohani. Usaha itu dimulai oleh karena permohonan J.T. Craemers, seorang pemimipin perkebunan di Sumatera Timur. Beliau berpendapat bahwa jalan jalan yang paling baik supaya penduduk asli daerah itu jangan menentang dan mengganggu usaha -usaha perkebunan ialah dengan mengabarkan injil dan mengkristenkan mereka. Dengan meyakinkan Maskapai Perkebunan terhadap pendapatnya , Craemers meminta kepada Nederlandsch Zending Genootschap (NZG) untuk membuka penginjilan di daerah Sumatera Timur, dengan biaya yang dibebankan kepada maskapai-maskapai. Permintaan itu diterima oleh NJG dan dilaksanakan dari tahun 1890 sampai tahun 1930.

Tanggal 18 April 1890, tibalah, Pekabar Injil utusan NZG yakni Pdt.H.C.Kruyt dari Tomohon (Minahasa) dan tempat pos yang pertama di Buluh Awar. Melihat medan pelayanan di kaki pegunungan sekitar Buluh Awar, sejak awal Pdt.H.C.Kruyt mengusulkan kepada Badan Zending agar dibuka pos missi ke daerah Karo Tinggi, tapi pemerintah kolonial belim memberikan ijin karena alasan yang “dibuat-buat” soal keamanan. Kruyt merasa kecewa terhadap alasan seperti ni. Tahun berikutnya dia menjemput 4 (empat) orang Guru Injil yaitu : B.Wenas, J.Pinontoan,R.Tampenawas dan H.Pesik, sebagai pembantunya.

Dua tahun kemudian (1892) Pdt.H.C.Kruyt pulang ke negerinya tanpa membaptiskan seorangpun dari suku Karo , kemudian digantikan Pdt.J.K.Wijngaarden yang sebelumnya telah bekerja di Pulau Sawu dekat Pulau Timor. Pendeta inilah yang melakukan pembabptisan pertama suku Karo tanggal 20 agustus 1893 sebanyak 6 orang : Sampe, Ngurupi, Pengarapen, Nuah, Tala dan Tabar. Pendeta Wijngarden meninggal tanggal 21 September 1894 karena serangan disentri.

Wijgaarden digantikan oleh Pdt.Joustra; ia yang menterjemahkan 104 ceritera-ceritera Alkitab dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Karo (104 turi-turian) dan dia juga tinggal di Buluh Awar.

Masa Penanaman dan Penggarapan : 1906 - 1940

Dengan kedatangan Pdt.Guilloume (utusan RMG dari Jerman) dari saribudolok yang sebelumnya bekerja ke tapanuli (bd,HKBP : waktu itu Saribudolok masuk daerah pelayanan pra HKBP ) dan seorang guru injil Martin Siregar maka dibukalah pos PI yang kedua di Bukum, tahun 1899. Sampai tahun 1900, orang Karo yang sudah dibabtiskan baru sekitar 25 Orang. Pertumbuhan dalam kurun waktu 10 Tahun pertama sangat sulit bertumbuh. Kita dapat merasakan kigigihan suku Karo mempertahankan tradisi dan adat istiadatnya sehingga sehingga ia merasa aman dalam sikap hidup lama ditengah-tengah tahap kebudayaan yang bersifat magis, mistis dan animistis. Pada pihak lain kita juga merasakan kegigihan semangat penginjilan yang pantang mundur dalam memperkenalkan Injil Kristus yang sering salah dimengerti orang-orang Karo.

Masa Penanaman dan Penggarapan 1906-1940

Kedatangan Pdt.J.H.neuman tahun 1900 membawa pengharapan baru dalam sejarah PI di Karo. Ia ditempatkan di pos baru (III) di Sibolangit. Ia menerjemahkan Alkitab kedalam Bahasa Karo. ia juga aktif dalam membuka pelayanan kesehatan, pertanian,perdagangan, dan pendidikan.

Tahun 1903 datang pula Pdt.E.J.Van den Berg yang kemudian membuka pos baru (IV) menetap di KabanJahe. Keduanya merupakan teman sekerja yang baik, kemudian membuka Rumah Sakit Zending di Sibolangit dan di Kabanjahe. Kemudian dengan kerjasama dengan pihak pemerintah. Pdt.E.J.Van den berg membuka Rumah Sakit Kusta di Lau Simomo. J.H.Newmann aktif membuka pekan-pekan (sejenis pasar di desa-desa di daerah Deli Hulu.

GBKP Berdiri Sendiri Dalam Masa Penderitaan dan Kekacauan

Tahun 1906 datang Pdt.G.Smith dan membuka Kweekschool di berastagi, kemudian dipindahkan, kemudian dipindahkan ke Raya. Tapi tahun 1920 sekeolah tersebut ditutup. Guru-guru sekolah yang telah terdidik ditempatkan di desa-desa menjadi guru sebagai landasan untuk mengabarkan Injil.

Atas anjuran Prof.DR.H.Kraemer yang telah meninjau ke tempat-tempat/zending Karo tahun 1939 dan ia menekankan agar dalam waktu sesingkat-singkatnya Jemaat Karo dipersiapkan berdiri sendiri dengan pengiriman tenaga pribumi ke sekolah pendeta dan mengangkat majelis Jemaat yang sudah mampu untuk itu. Tahun 1940 dua guru Injil (P.Sitepu dan Th.Sibero) dikirim ke sekolah Pendeta di seminari HKBP , Sipoholon.

Pada periode ini juga berkembang pergerakan muda-mudi ditengah-tengah Gereja dengan nama Christelijke Meisjes Club Maju (CMCM) untuk kaum perempuan dan Bond Kristen Dilaki Karo (BKDK) untuk kaum pria dikalangan pemuda Kristen Karo. Kedua pergerakan ini dapat dikatakan sebagai embryo lahirnya perkumpulan pemuda Gereja seluruh GBKP yang disebut PERMATA yang pengesahannya dan peresmiannya dilaksanakan pada sidang Sinode GBKP tanggal 12 Sept 1948 sebagai hari jadi PERMATA GBKP (Rapat Permata yang pertama tanggal 25 Mei 1947; kedua tanggal 18 juli 194 8)

Guru Injil Yang disekolahkan ke Seminari Sipoholon (Tarutung) telah menyelesaikan studinya pada pertengahan sidang Sinode Pertama yang menetapkan Nama Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) di Sibolangit tanggal 23 juli 1941 dan juga ditahbiskan dua orang Pendeta pertama dari putra Karo yaitu Pdt.Palem Sitepu dan Pdt.Thomas Sibero . Pada sinode pertama ini juga sudah ditetapkan Tata gereja GBKP yang pertama dan ketua Sinode ialah Pdt.J.Van Muylwijk; sebagai sekretaris : Guru Lucius Tambun (periode 1941-1943). Pdt. P.Sitepu ditempatkan di Tiga Nderket dan sebagai wakil ketua Klasis untuk daerah Karo Gugung (Dataran Tinggi) serta Pdt.Th.Sibero di Peria-ria, sebagai Wakil Ketua Klassis daerah Karo Jahe.

Tidak ada komentar: